Rabu, 15 Agustus 2012

Diskusi Pusaka: Mengenal Adat Matoto Agama, Agama Matoto Kitabullah, Kitabullah Matoto Jou Allah Ta`ala (Notulensi)


Tema              :        Mengenal Adat Matoto Agama, Agama Matoto Kitabullah, Kitabullah Matoto Jou Allah Ta`ala
Waktu             :        Minggu, 12 Agustus 2012, 17.00-18.30 WIT
Tempat           :        Sayap Selatan Masjid Sultan Ternate
Pembicara      :
  1. Ustad H. Hidayatussalam Sehan, S.H., M.H.
  2. Sukarno M. Adam, M.A.

Moderator     :          Hasbullah
Notulen          :          Maulana
Peserta          :          Mahasiswa, Aktivis pelestarian, Jamaah dan petugas Masjid Sultan Ternate



Diskusi dimulai pukul 17.00 WIT. dibuka dan diberi Sambutan oleh Ridwan Ade selaku ketua Ternate Heritage Society. Selanjutnya diserahkan ke Moderator untuk memandu jalannya acara diskusi.
Moderator memperkenalkan kedua pembicara dengan membacakan riwayat hidup-pendidikan- kedua pembicara (Sesuai Undangan, terdapat 3 orang pembicara, 2 hadir, sedangkan  Imam Masjid Sultan berhalangan hadir).

Diskusi dibagi dalam dua sesi, sesi pertama berupa pemaparan tema diskusi oleh pembicara, Ustad Hidayatussalam menjelaskan tentang Sejarah, Makna dan implementasi Adat Matoto Agama sedangkan Sukarno memberi penjelasan tentang fenomena masyarakat terkait adat dan agama di Ternate.
Sesi kedua adalah sesi diskusi dan tanya jawab.


Pengantar oleh Moderator (Hasbullah):
1)     Kita semua yang hadir di tempat ini sering kali mendengar istilah Adat Matoto Agama, Agama Matoto Kitabullah, Kitabullah Matoto Jou Allah Ta`ala; bahkan sampai menghafalnya. Tetapi apakah kita sudah mengetahuinya dengan lengkap (apa, bagaimana, seperti apa)? kita disini tentu banyak yang belum mengetahuinya. Oleh karena itulah diskusi ini diselengarakan.
2)     Kehadiran kita disini karena ada rasa, hasrat, dan keinginan untuk mengetahui nya.
3)     Pengetahuan menempati posisi yg sangat penting dalam semua aspek kehidupan, pada sastra Ternate Gudu moju si to suba, ri Jou si to nonako” (aku menyembah kepada Tuhan, karena aku kenal)



Pemaparan oleh Ustad. H. Hidayatussalam

1)        Saya cenderung menggunakan `Adat Matoto Agama Rasulullah (referensi dari Sultan Zain), saya menganggap materi ini adalah kajian spiritual tingkat tinggi,-tasauf- sehingga saya tidak mampu membahasnya secara mendalam. Saya hanya membahas dari aspek Sejarah dan contoh-contoh implementasinya.
2)        Pusaka bukan hanya benda-benda keramat bertuah, namun yg paling hakiki adalah nilai-nilai yg diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi, di negeri kita Jaziratul Mulk, diberi nama Al Mamlatul Mulk oleh Ibnu Batutah, ketika beliau datang dan melihat banyak raja2 disini (Jazirah para raja).
3)        Ternate sebagai pusatnya, memiliki suatu pusaka, yaitu nilai2 Adat Matoto Agama …. Dari nilai ini akan tumbuh sebuah ajaran, kemudian keyakinan, yang akhirnya membentuk jati diri dan harga diri masyarakat/himo2 Ternate. Nilai2 inilah yg sempat membawa Ternate menjadi negeri Ma`rifatullah.
4)        Beberapa ulama Mesir yg pernah datang kesini memberi julukan Jaziratul Auliyah, karena banyak bertebaran keramat2 auliah. Juga membawa Ternate sebagai kerajaan Islam terkuat, dibawah pimpinan Sultan Baabullah.
5)        Kapan Adat Matoto Agama ini mulai hadir di Ternate? Dalam catatan Bpk Mahmud Radjab, pernah ditugaskan oleh Jo Ou (Sultan Ternate) untuk membukukan/menerjemahkan buku tambaga (Buku catatan2 penting Kesultanan Ternate -red). Terdapat catatan ttg kedatangan 4 ulama besar (4 kutub), pada 1010 M. dan menyebarkan Islam di jazirah ini. Meski belum kuat, tetapi sdh mulai ada Islam disini.
4)        Tahun 1203 M./624 H. datanglah Syekh Djafar Sadik –yg sering dikaitkan dgn legenda 7 putri-,  anak dari Syarifah  dan Zaid Ali (sumber: Buku Tambaga), Syekh Djafar Sadik memiliki 4 anak, yang kemudian menjadi Sultan di 4 kerajaan.
5)        Sultan Ternate Baab Mashur Malamo –pintu kemashuran yg besar-, Zainal Abidin lah yg memulai memberlakukan Adat Matoto Agama secara baku/kaffah di dalam pemerintahan.
6)        Puncak kejayaan Islam di Jaziratul Mulk ada di jaman Sultan Baabullah. Ke utara sampai ke Mindanao (orang2 Moro) ke selatan sampai ke Nusa Tenggara, barat sampai ke Sulawesi/Makassar. Ada peninggalan Sultan Ternate (tombak) di kampong Motong. Ke Timur sampai ke Papua Newguinea, dimana Jere Togugu saat ini menjadi batas antara NKRI dgn Papua New Guinea.
7)        Sultan Muhammad Zain pernah mencabut beberapa pasal adat yg bertentangan dgn syariat Islam.

8)        Nilai-nilai kongkrit Adat Matoto Agama:
  1. Pakaian2 yg Islami dalam struktur pemerintahan (imamah/bhs Tte: Lastar)
  2. Upacara-upacara Islami: aqiqah, pernikahan,..
  3. Ritual ibadah yg sangat Tertib (jika dibandingkan dgn daerah2 lain di Indonesia), org Ternate kalau sholat pasti menutup kepalanya. Gamis hanya untuk orang yg sdh haji, sorban untukJoguru (Guru Agama). Ulama-ulama dan Bobato diatur sedemikian rupa dlm posisi-posisinya. Pepatah ulama `Buah dari amal adalah akhlak` inilah yang menjadi adat seatorang.
  4. Bentuk mimbar di Masjid, khatibnya dgn jubah sesuai ajaran Rasulullah.
  5. Penghormatan terhadap hari-hari besar/bulan yg diberkahi. Hari Jumat sangat dihormati, semua kegiatan diistirahatkan, masyarakat bersiap-siap  untuk sholat Jumat (tidak berkebun, ke pasar). Malam jumat sudah memulai membaca kitab-kitab leluhur dan doa tolak bala.
  6. Hukum adat sesuai syariah. Contoh Sicoho, hukum atas muda-mudi
  7. Menyambut Ramadhan dgn ritual mengumpulkan kayu (kayu puasa), beras, gula, dst.  Agar ibadah bisa berjalan dengan khusyu
  8. Masih banyak nilai2 lainnya yg perlu kita gali lagi dan saya belum sanggup menggali lebih dalam.

Setidaknya syariat Islam yg ada di Ternate perlu kita gali dan bumikan kembali. Adat Matoto Agama  saya bahasakan sebagai Syariat Islam.
Kita bangga sebagai  orang Ternate yg memiliki nilai pusaka yg luar biasa, dan jangan hanya sebatas kebanggaan tetapi mampu diimplementasikan dlm kehidupan sehari-hari.



Pemeparan oleh Sukarno M. Adam, M.A.:
1)        Sejarah itu pemahaman diri, tidak memahami sejarah adalah tidak mengenal diri sendiri. Orang Ternate yg tidak tau sejarah seperti orang yg tdk mengenal dirinya.
2)        Sastra lisan Ternate, Manuru togugu ihira serimomina idoro seri bubaso
doka dehe pasa marua
Artinya: Bunga Manuru yg kupegang, hilang dari penglihatan, ia jatuh dalam perasaanku, seperti tanjung ditinggalkan sudah.
Fenomena sosial budaya saat ini menjadi kenyataan nya.
3)        Budaya dan adat kita sudah mulai jauh di tataran generasi muda, hanya melekat kuat di beberapa orang tua dan anak muda, banyak ditemui di utara dan kec. Pulau Ternate. Apakah karena bagian selatan heterogen?
4)        Budaya Ternate saat ini hanya berputar-putar pada orang-orang tertentu, hanya pada `ma co ou` saja. Tidak ditemukan pada tataran2 lain.
Ketika modernisasi muncul di Ternate, tradisi Lilian (gotong royong) semakin tergusur. Modernisasi menggoyahkan Lilianisasi. Lilian bukan semata2 acara/seremonial saja. Dalam lilian ada relasi dan interaksi, disinilah kekuatan sosial kuat. Cukur kelapa terganti dgn mesin parut, ruang2 berkumpul di rumah terganti dgn ballroom hotel.
Istilah2 `Oro bia`, `ngugara bari` hanya ditemui di segelintir kelompok masyarakat. Individualisme semakin kuat, mengalahkan ke-kolektifan.
5)        Budaya dan Sejarah harus dikuatkan. Budaya dipahami sbg Simbol, Nilai,
Rahasia (Tasauf). Di Ternate, simbolisasi masih kuat. Artefak-artefak budaya masih ada (Kadaton, Sigi Lamo, Sigi Vim, Sigi Heku,…)
6)        Pertanyaan mendasar adalah, apakah symbol didalamnya termanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari? Kalau iya, berarti ada Eksistensi Adat dan Nilai. Tetapi jika hanya sebatas simbol tanpa pelaksanaan nilai, maka inilah krisis budaya. 
7)        Tradisi orang Ternate, misalnya ketika bertemu, saling menyapa: Suba Jou, tagi sa ge? Dibalas: Jou Suba…(kembali menyembah Tuhan yg ada dalam dirimu)
Suba Jou secara terminology, menyembah Tuhan. Ketika menyapa seseorang dengan Suba Jou, berarti melihat nilai-nilai Tuhan dalam diri manusia tersebut. –nilai-nilai Tasauf-,
8)        Kenyataan Ternate saat ini adalah, krisis budaya lokal. Apakah anak muda Ternate mengenalDolo bololo dan seterusnya, termasuk 10 nilai kemanusiaan dalam adat seatorang? Apakah sama antara pemahaman orang tua dgn anak muda akan hal ini (dolo bololo,..adat seatorang, dst)?
9)        Budaya adalah sesuatu yg harus diwariskan. Mengutip:Budaya seakan-akan sebagai warisan tanpa surat wasiat. Tanpa bukti nyata?
Tradisi lisan Ternate sangat kuat, kita sangat lemah tradisi tulisan (referensi terkuat  yg saya baca dari Ternate hanya dari Naidah)


Sesi Diskusi/Tanya Jawab.

1)     Sdr. Hudan (Taman Baca Le Livre)
  1. Sebagai org Awam budaya, pertanyaan saya: Adat matoto Agama dalam konteks saat ini, apakah hanya sebatas paparan, ada contoh lain? Di Jawa dikenal dengan Jawa masuk Islam, di Ternate apakah Islam Masuk Ternate? Karena adat leluhur dari periode momole sudah ada, sehingga ketika mubaligh datang dengan Islam, apakah Islam yg merecoki adat atau sebaliknya?
  2. Fenomena sosial, memudarnya bahasa ibu kita, bahasa adalah perekam kebudayaan. Saya mengaku orang Ternate tapi bahasa Ternate waro mai ua, hal inilah yg menghilangkan nilai-nilai budaya/adat matoto agama…

2)     Abdurrahman Ibrahim (Mahasiswa Unkhair)
  1. Saya bersyukur hari ini bisa hadir dan mendapatkan banyak masukan. Untuk Ustad, saya melihat pusaka2 yg dicontohkan ustad berupa nilai2 ritual. Nilai2 dlm aktivitas sehari2 yg mencerminkan nilai2 Islam masyarakat Maluku Utara seperti apa?
  2. Untuk Bang Kano, pengaruh terbesar apa yg menyebabkan generasi muda malu untuk belajar budayanya sendiri?

3)     Kafrawi (pemerhati adat dan budaya)
Tara no ate mengandung arti filosofis. Hal pokok yg menjadi latar belakang bagi generasi muda, adalah kebimbangan dan ketidakpastian, hal-hal yang diutarakan Ustad tadi adalah hal2 yg luar biasa. Referensi kata Al mamlakatul mulkiyah bisa ditemukan dimana?
Sejarah jangan membuat rancu dan kebingungan bagi generasi muda.

4)     Maulana (pengurus THS)
Sungguh luar biasa para leluhur kita menerima Islam dan menyusunnya dalam aturan/hukum dalam Kesultanan, termasuk konsep Adat Matoto Agama. Mengkonversi Kolano menjadi Sultan. Nilai-nilai penerapannya juga sudah detail dan sangat bersesuaian dengan syariat Islam. Namun bagaimana kondisi orang Ternate saat ini? Ada beberapa pertanyaan yang dititipkan oleh teman-teman yang tidak sempat hadir dalam diskusi ini-melalui media internet-, antara lain:
a.   Nilai-nilai konkrit dalam tradisi lisan, bahasa, pakaian, hukum kesultanan yg semuanya bersumber dari Islam, -menurut ustad tadi bahwa Adat Matoto Agama adalah Syariat Islam. Melihat fenomena sosial saat ini, kita terlihat jauh sekali dari hukum/aturan yg ada. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Fungsi Adat dan Agama semakin terkikis.
b.   Jika semua sudah terkikis, apa yg kita lakukan saat ini? Ketika masyarakat sudah jauh dari nilai-nilai agama dan adat, apa masukan dari ustad untuk hal ini?




JAWABAN.
Ustad Hidayat:
  1. Islam masuk Tte atau sebaliknya, bagi saya sama saja. Islam dgn rukun Islam dan Rukun Iman sudah dijelas dibawah oleh Rasulullah dan diteruskan oleh2 sahabat2 sampai ke Ternate. Kita imani dgn jelas.
Islam Jawa, Aceh, Ternate adalah sama saja, yg membedakan adalah Istigamahnya saja, seberapa kuat orang-orang di daerah tsb mengamalkan Islam
  1. Orang Islam di Ternate sangat luar biasa, sangat bersesuaian antara syariah dgn adat matoto agama. Orang Islam kalau membantu org lain itu dgn tanpa pamrih, ikhlas. Contoh Lilian, atauCo ou di Masjid dan di Kadaton selama bertahun2 itu tidak minta dibayar. Sebagaimana sabda Rasulullah:  Manusia yg terbaik adalah manusia yg paling memberikan manfaat bagi manusia lain. Hal ini ditemukan dalam masyarakat (adat) Ternate.  Org Tte sangat mengharga sama lain, Contoh, jika ada orang yang tidak menggunakan peci bersalaman dgn yangg menggunakan peci, maka yg tidak berpeci akan menaruh tangan kirinya di kepala sebagai tanda penghormatan atas org berpeci tsb –peci, symbol kealiman, symbol org Islam- dan masih banyak contoh2 lain (nilai2 Adat Matoto Agama dalam aktivitas masyarakat sehari-hari)
  2. Saudara Kafrawi, Saya tdk menyalahkan kalau anda bimbang, karena anda belum mendapatkan referensinya. Saya juga bimbang pada awalnya. Apakah betul Sultan-sultan kita dahulu alim? Para wali kutub sampai di Ternate?dst.
Saya menjelajah di Halmahera, menemukan surat-surat dari ulama besar dari saudi ke para sultan dan auliyah, kitab-kitab tasauf, kitab-kitab sholat mulai dari syariat-tarekat-makrifat,
Orang tua-tua menyatakan bahwa sejarah kita jika dibuka, maka tdk akan mampu. Mungkin ini sdh menjadi doa org tua-tua, sudah seperti ini jalannya. Yang terpenting adalah, bagaimana kita menghidupkan kembali penerapan Adat Matoto Agama. Contoh tedari orang tua-tua kita adalah `Jaga Lidah`. Sejauh yang saya temukan, tidak ada org tua-tua kita yg berbohong, para Joguru (Guru Agama-Red) tidak pernah mengingkari janji-janjinya. Jaga aki toma nyinga, selamat toma akherat.

Sukarno M. Adam,
  1. Budaya bukan semata-mata tataran satu saja. Tetapi budaya adalah Simbol, Nilai dan Rahasia. Tetapi jika penekanan pada Bahasa, berawal dari simbolisasi. Simbol-huruf-bahasa.
Kondisi2 sosial primer, pengaruh biologis, geografis, ekonomi dan teknologi. Saya berasumsi hal yg mampu memporak-porandakan budaya kita adalah Teknologi. Budaya saling membantu saat ini dilandasi oleh nilai materi. Teknologi mampu menyihir, Televisi sebagai  kotak ajaib, membuat orang-orang semakin tertular.

Bagi saya yg disampaikan Maulana, apa yg harus diperbuat?
Banyak yang bisa diperbuat, salah satunya adalah dengan melakukan Ide-logisasi. Apa yg dilakukan oleh THS adalah merupakan proses ide-logisasi: proses masuknya ide dan informasi.

Moderator:
`Ilmu itu adalah pusaka yg mulia` (Ali bin Abi Thalib)
Apa yg kita diskusikan hari ini adalah bagian dari Ilmu, pusaka itu sendiri. Serendah-rendahnya ilmu hanya berhenti pada lisan, dan setinggi-tingginya ilmu adalah apa yg Nampak pada anggota-anggota badan. Kita jangan hanya mengenal saja, tetapi berlanjut pada menyayanginya, bagaimana kita mengimplimentasikan dalam kehidupan yg beradat, Adat Matoto Agama, Agama Matoto Kitabullah, Kitabullah matoto Jou Allah Ta`ala.


Penutup,  Ridwan:
1)        Tadi saya bertemu seorang tua di luar, dia bertanya:`Ada acara apa?` sy jawab `Diskusi Adat dan Agama` dia menimpa: `Mengapa perlu  didiskusikan?`..
2)        Bagi saya, ini adalah tantangan bagi kami, mengapa kita ada disini, berdiskusi ttg Ilmu. Insya Allah bisa dijadikan acuan, kami membuka kesempatan bagi teman-teman untuk berbagi baik di media internet THS maupun pada forum-forum berikutnya.
3)     Terimakasih kepada teman-teman yg hadir dan kepada Para pemateri.
THS mengucapkan Terimakasih yg sebesar-besarnya.

Akhirnya, diskusi ditutup pada pkl. 18.30 WIT, dilanjutkan dengan persiapan buka puasa bersama (ditempat yg sama).

Ternate, 12 Agustus 2012

Notulen,
Maulana Ibrahim.


 Moderator: Hasbullah

 Ustad H. Hidayatussalam Sehan menyampaikan materi pembahasan
 Sambutan Ketua THS: Ridwan
 Penanya 1: Hudan Irsyadi
 Penanya 2: Abdurrahman Ibrahim
 Penanya 3: Kafrawi
 Suasana Jelang Buka Puasa
 Sukarno M. Adam
Ustad H. Hidayatussalam Sehan

1 komentar: