Selasa, 09 Juni 2009

Notulen : Diskusi Bulanan #1 THS : Mengenal Kembali Pusaka Ternate

Diskusi Bulanan THS :
“Mengenal Kembali Pusaka Ternate”
Minggu, 7 Juni 2009, pkl 16.30 – 18.00
Bastion Timur  Laut Benteng Oranje, Ternate.

Notulen :
Uraian Pak Yusuf Abdurrahman :
Budaya Ternate dapat dimulai dengan memperkenalkan budaya Kesultanan Ternate.
Sejak tahun 1322 berdasarkan hasil Moti Verbound, Kesultanan Moloku Kie Raha menyepakati Sultan Ternate sebagai pemimpin persekutuan dan bahasa Ternate sebagai bahasa Nasional di Maluku Utara.

Bahasa sebagai rekaman budaya, sehingga mengenal budaya suatu daerah biasa ditelusuri dengan mengenal bahasanya. “Jou Se Ngofa Ngare” sebagai falsafah budaya ternate memiliki makna yang mendalam, sebagaimana salam dalam bahasa Ternate “ Suba Jou” (hormat kepada tuan).

Masa pemerintahan Kesultanan Ternate yang bermula dari masa “momole” (kepemimpinan para Ratu) terus berkembang sampai masa kesultanan.
Budaya saya artikan sebagai Perilaku manusia yang terus diteruskan/diwariskan.
Sehinga untuk mengenal Budaya Ternate/ Pusaka Ternate, marilah kita kenali dengan budaya dasar manusia, yaitu :

Makan, makanan.
Kita harus mengetahui apa yang dimakan, bagaimana caranya, siapa yang memakan, kapan makan, dst. Sehingga dalam budaya Ternate, ritual makan disesuaikan dengan tradisi masing-masing.
Sagu sebagai makanan pokok, dikenali dengan bahasa ternate sampai pada detail-detailnya. Tidak halnya dengan Nasi, hanya dikenal dengan sebutan “bira”, juga berlaku untuk beras, padi, dst.

Pakaian.
Pakaian khas Ternate, adalah Sadaria (jubah) dengan tutup kepala “Tuala Lipat” mulai diperkenalkan kembali sejak 1978, menjadi pakaian resmi budaya Ternate. Setiap utusan ke luar daerah diwijibkan mngenakan pakaian tersebut, untuk menunjukan identitas Ternate.
Ternate memiliki kain tenunan khas, yang sudah mulai dikembangkan.

Rumah.
Rumah khas Ternate dibangun sesuiai penghuni rumahnya, sehingga ciri khasn ya melekat status social penghuninya. Rumah Para pejabat (jogugu, fanyira, Sultan) berbeda dengan rumah Rakyat. Demikian halnya dengan rumah yang pernah dihuni sultan, biasa disebut “Kadato Ici”
Rumah-rumah ini dibangun spesifik sesuai makna masing-masing.
Rumah tradisional ternate masih bisa dijumpai di sekitar Kel. Makasar barat, makasar timur,sekitar masjid sultan, dst.
Untuk mewakili Maluku Utara, “Sasadu” sebagai rumah adat dinilai lengkap dan kaya makna, sehingga “Sasadu” diputuskan sebagai rumah adat Maluku Utara.

Seni sebagai cerminan penggal kehidupan manusia, juga terdapat di Ternate, berupa seni sastra, seni tari, seni lukis.
Sebagai contoh : Tari Soya-soya yang menceritakan pencarian jenazah sultan khairun dengan tifa dan gong sebagai alunan khas musik Ternate.
Ternate juga memiliki kearifan local, seperti dalam hal memilih pemimpin, sebagaimana kata-kata bijak :
“Fodika Rimoi Toma Dofu Madaha……”
Bagaimana memilih satu dalam seribu, dan bagaimana ada seribu dalam satu.
Ciri pemerintahan  Ternate sangat demokratis, sebagaimana pembagian tugas yang jelas pada saat nelayan melaut dengan perahu. Masing-masing memiliki Tugas dan tanggung jawab. (Ada yang bertugas menimba air di badan perahu, mengambil ikan , menjaga kemudi, melihat ke depan kalau ada penghalang, dst.)

Sesi Diskusi / Tanya jawab   (penanya : Kano, Ivan dan Mamad)
-    Budaya merupakan warisan tanpa wasiat, hal ini berlaku di ternate, sehingga banyak generasi muda yang tidak mengenal budaya Ternate
-    Sudah terjadi penetrasi budaya, tradisi baca doa dengan nasi kuning pada acara ulang tahun, sudah tergeser dengan pesta ultah di restoran fast food
-    Ternate memiliki musisi dengan penghargaan nasional . Abdullah Han (alm) adalah salah satu contoh. Seniman yang tulus mengabdi terhadap musik Ternate
-    Orang Maluku Utara harusnya bangga budayanya tanpa menjelek-jelekkan suku lain
-    Tidak bisa dipungkiri, masih ada budaya minuman keras (cap tikus misalnya), mengapa tidak diteliti secara kimiawi, apakah ada khasiatnya?
-    Apakah Sasadu sebagai rumah dengan fungsi tertentu? Rumah tinggal misalnya?
-    Pengaruh bahasa terhadap  budaya?

Tangapan Pak Yusuf :
-    Mengenal budaya Ternate dengan terus menggalinya, menyesuaikan dengan perkembangan jaman tanpa meninggalkan budaya yang baik yang sudah menjadi warisan
-    Pengembangan seni Ternate bisa dilakukan melalui pendidikan, baik musik, tari , dan lainnya, seni melalui pendidikan
-    Paguyuban-paguyuban budaya di Ternate, saya harapkan dapat mengembangkan seni budaya sampai pada institusi formal
-    Sasadu adalah  rumah adat, tempat berlangsungnya acara adat. Rumah hunian di Ternate biasa disebut dengan sabua (fala-red), semua bangunan tersebut mempunyai ritual membangunnya sehingga penghuninya dapat hidup sehat dan sejahtera. (ada ritual baca doa, dst.)
-    Joguru (guru agama) juga memiliki pengetahuan lain, misalnya pertukangan, pertanian, perikanan yang diwariskan kepada murid-muridnya.
-    Bahasa ternate memilki santun yang tinggi , mencerminkan halusnya/tinginya budaya    Ternate.

Notulen : maulana


1 komentar:

  1. Sori bro, gag bs datang. Waktu bersamaan ma acara GAS, salam THS..

    BalasHapus